PERSIAPAN USAHA BUDIDAYA
Persiapan
Usaha Budidaya Jamur Tiram - pada dasarnya merupakan faktor penting yang berperan dalam menunjang
kesuksesan usaha budidaya jamur tiram.
Tanpa persiapan matang, bisa jadi usaha agribisnis budidaya jamur yang kita kembangkan menjadi berantakan. Salah satu cara mengantisipasi kemungkinan timbulnya resiko kegagalan budidaya, alangkah baiknya jika sebelum pelaksanaan usaha budidaya ini, terlebih dahulu petani atau pelaku usaha jamur tiram melakukan beberapa langkah persiapan matang.
Tanpa persiapan matang, bisa jadi usaha agribisnis budidaya jamur yang kita kembangkan menjadi berantakan. Salah satu cara mengantisipasi kemungkinan timbulnya resiko kegagalan budidaya, alangkah baiknya jika sebelum pelaksanaan usaha budidaya ini, terlebih dahulu petani atau pelaku usaha jamur tiram melakukan beberapa langkah persiapan matang.
LANGKAH-LANGKAH PENTING SEBELUM
BUDIDAYA JAMUR TIRAM
Seperti
telah diuraikan di atas, langkah-langkah ini dimaksudnya agar proses budidaya
berjalan lancar tanpa kendala berarti di lapangan. Bagaimanapun juga peluang
bisnis usaha budidaya jamur saat ini masih terbuka lebar, sehingga diharapkan
hasil produksi mencapai titik optimal. Berikut langkah-langkah awal sebelum
melakukan proses produksi:
Pemilihan Lokasi Budidaya Jamur
Tiram
Usaha
budidaya jamur sebenarnya
sangat mudah, hanya saja terkadang penyebab utama kegagalan ada pada kebersihan
lingkungan. Kebersihan lingkungan menjadi syarat utama harus diperhatikan,
mengingat budidaya jamur baik budidaya jamur kuping,
tiram maupun lainnya sangat rentan terhadap kelembaban tinggi. Langkah pertama
sebelum memulai usaha budidaya jamur tiram, kita perlu memperhatikan lokasi
usaha, diusahakan lokasi usaha tidak dekat kandang ternak, tempat pembuangan
sampah maupun tempat-tempat lain yang berpotensi mendatangkan hama penyakit.
Pilih tempat-tempat bersih serta strategis supaya memudahkan pengangkutan saat
panen sehingga dapat menghemat biaya transportasi.
Bagi usaha budidaya jamur tiram skala rumah tangga, lingkungan rumah juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat usaha, asalkan kebersihannya harus tetap terjaga. Kunci utama usaha ini hanyalah faktor kebersihan lingkungan serta menjaga suhu udara konstan agar produksi optimal dapat tercapai.
Bagi usaha budidaya jamur tiram skala rumah tangga, lingkungan rumah juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat usaha, asalkan kebersihannya harus tetap terjaga. Kunci utama usaha ini hanyalah faktor kebersihan lingkungan serta menjaga suhu udara konstan agar produksi optimal dapat tercapai.
Rumah atau Kumbung Jamur Tiram
Jika memilih
lokasi di luar rumah maka harus dibuatkan rumah khusus untuk budidaya jamur,
biasa disebut kumbung. Bentuk maupun bangunan kumbung disesuaikan kondisi
lahan, biaya, daya tampung baglog. Sebagai contoh dalam menentukan ukuran rumah
atau kumbung, untuk kapasitas baglog sebanyak 500-1500 diperlukan rumah kumbung
berukuran 6 x 4 m. Mengingat faktor terpenting penunjang keberhasilan usaha
budidaya jamur tiram adalah kelembaban maupun kebersihan. Rumah atau kumbung
idealnya harus memenuhi kelembaban optimal bagi pertumbuhan jamur, sedangkan
kebersihan menjadi syarat mutlak dalam mencegah serangan hama penyakit pengganggu.
Pembuatan Rak Baglog Budidaya Jamur
Tiram
Untuk
mempermudah pekerjaan, baik saat pemeliharaan maupun pemanenan, serta menaruh
media jamur, pada rumah kumbung dibuatkan rak tempat meletakkan baglog. Rak-rak
ini bisa terbuat dari bambu semua atau kombinasi bambu-kayu. Pembuatan rak
baglog disesuaikan kondisi usaha saja, bagi skala rumah tangga cukup
menggunakan rak dari bambu agar biaya produksi dapat ditekan, sedangkan usaha
budidaya jamur dalam skala besar berjangka panjang, pembuatan rak baglog menggunakan
kombinasi bambu kayu juga akan menghemat biaya. Buat lapisan-lapisan rak paling
banyak 5 lapis untuk satu unit rak. Hal ini bermaksud agar memudahkan
pemeliharaan, jika terlalu tinggi justru para pekerja akan kesulitan
menjangkaunya, menyebabkan pekerjaan menjadi semakin lama (berakibat terhadap
pembengkakan biaya pemeliharaan). Satu lapis rak dibuat panjang 300 cm, lebar
40 cm, serta tinggi 40 cm. Pada ukuran ini mampu menampung kurang lebih 60
baglog. Jadi, satu unit rak (terdiri dari 5 lapis), mampu menampung sebanyak
300 baglog.
Lapisan rak paling bawah jaraknya diperlebar menjadi 30-35 cm dari permukaan tanah. Hal ini bertujuan menjaga kelembaban udara pada lapisan rak paling bawah, sirkulasi udara menjadi lancar sehingga perkembangbiakan hama penyakit dapat ditekan, terutama jika lantai dasarnya masih berupa lantai tanah. Jarak antarrak baglog 1 m juga agar memudahkan saat melakukan pemeliharaan serta pemanenan.
Lapisan rak paling bawah jaraknya diperlebar menjadi 30-35 cm dari permukaan tanah. Hal ini bertujuan menjaga kelembaban udara pada lapisan rak paling bawah, sirkulasi udara menjadi lancar sehingga perkembangbiakan hama penyakit dapat ditekan, terutama jika lantai dasarnya masih berupa lantai tanah. Jarak antarrak baglog 1 m juga agar memudahkan saat melakukan pemeliharaan serta pemanenan.
Persiapan Media Budidaya Jamur Tiram
Media tanam
budidaya jamur banyak sekali jenisnya, tergantung bagaimana mudahnya kita
memperoleh bahannya saja. Media dapat berupa substrat kayu, serbuk gergaji,
ampas tebu, maupun sekam. Pembuatan media tanam berisi campuran dari media
ditambahkan nutrisi berupa tepung jagung, air, dedak halus, air, gips atau
kapur (CaCo3). Media tanam kemudian dimasukkan dalam kantong plastik sampai
penuh, lalu dimasukkan pralon atau bambu berdiameter 3 cm kemuadian baru diikat
dengan kuat. Media jadi tersebut dinamakan baglog. Namun, kebanyakan para
pelaku usaha jamur tiram membeli baglog siap pakai dikarenakan butuh
ketrampilan, kebiasaan serta ketelitian tinggi dalam membuat baglog sendiri.
Bibit Jamur Tiram
Pada umunya
para petani kesulitan membuat bibit sendiri sehingga banyak diantara mereka
memperoleh bibit dengan cara membeli bersama baglognya. Selain membeli bibit
bersama baglog, bibit dapat diperoleh melalui berbagai cara, diantaranya
melalui pembuatan kultur murni, pembuatan bibit induk, serta bibit semai.
Pembuatan kultur murni membutuhkan teknik khusus karena cara pembuatan bibit
jamur tiram kultur murni rawan terkontaminasi, biasanya pembuatan bibit kultur
murni dilakukan oleh para peneliti atau petani jamur profesional yang memang
telah memahami teknik pengkulturan/isolasi. Pembuatan kultur murni menggunakan
media khusus berupa PDA (potatoes dextrose algae) serta pembuatannya dilakukan
dalam kotak inokulasi. Pembuatan kultur murni membutuhkan lingkungan kondusif
serta sangat steril.
Pembuatan bibit dengan cara pembuatan bibit induk pada dasarnya sama dengan pembuatan bibit semai, perbedaannya hanyalah pada komposisi media maupun inokulannya. Pada pembuatan bibit induk, inokulan menggunakan kultur murni, sedangkan inokulan untuk bibit semai adalah bibit induk.
Saat ini para petani tidak perlu khawatir lagi dalam memperoleh bibit, karena kini telah banyak pengusaha jamur mulai menjual bibit sudah dalam kemasan baglog siap pakai, bahkan kebanyakan sudah disertifikasi. Jadi bibit sudah ditanam di dalam baglog bahkan sudah siap dilanjutkan dalam proses budidaya jamur hingga panen. Kebanyakan para petani memperoleh bibit dengan cara ini meskipun biaya produksinya menjadi lebih mahal.
Meskipun demikian, cara ini ada baiknya dilakukan untuk petani pemula atau pelaku usaha jamur skala rumah tangga. Jika sudah menguasai teknik budidaya serta usaha budidaya jamurnya sudah tergolong besar, lebih baik mengupayakan penekanan biaya produksi dengan pembuatan bibit sendiri.
Pembuatan bibit dengan cara pembuatan bibit induk pada dasarnya sama dengan pembuatan bibit semai, perbedaannya hanyalah pada komposisi media maupun inokulannya. Pada pembuatan bibit induk, inokulan menggunakan kultur murni, sedangkan inokulan untuk bibit semai adalah bibit induk.
Saat ini para petani tidak perlu khawatir lagi dalam memperoleh bibit, karena kini telah banyak pengusaha jamur mulai menjual bibit sudah dalam kemasan baglog siap pakai, bahkan kebanyakan sudah disertifikasi. Jadi bibit sudah ditanam di dalam baglog bahkan sudah siap dilanjutkan dalam proses budidaya jamur hingga panen. Kebanyakan para petani memperoleh bibit dengan cara ini meskipun biaya produksinya menjadi lebih mahal.
Meskipun demikian, cara ini ada baiknya dilakukan untuk petani pemula atau pelaku usaha jamur skala rumah tangga. Jika sudah menguasai teknik budidaya serta usaha budidaya jamurnya sudah tergolong besar, lebih baik mengupayakan penekanan biaya produksi dengan pembuatan bibit sendiri.
Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Jamur Tiram
Budidaya
jamur tiram membutuhkan lingkungan spesifik agar menghasilkan produksi optimal.
Ada banyak faktor keberhasilan budidaya, salah satunya adalah lingkungan
pertumbuhan harus kondusif. Pertumbuhan diawali munculnya pertumbuhan miselium,
miselium kemudian membentuk tunas atau calon tubuh buah jamur (pin head), lebih
lanjut akan berkembang menjadi tubuh buah (jamur). Untuk menciptakan lingkungan
kondusif bagi pertumbuhan miselium maupun tubuh jamur ini, perlu diperhatikan
faktor-faktor seperti suhu, intensitas cahaya matahari, keasaman (pH), kelembaban
maupun oksigen.
Suhu udara kondusif untuk menunjang pertumbuhan miselium maupun tubuh jamur tiram berkisar antara 23-28°C dengan suhu optimum 25°C. Meskipun demikian, dengan modifikasi komposisi media maupun penyesuaian lingkungan, saat sekarang telah banyak budidaya jamur tiram yang dikembangkan di dataran rendah dengan kisaran suhu di atas 28°C, di daerah ini tubuh jamur dapat tumbuh baik pada suhu 30°C. Bahkan hasil panennya pun tidak kalah dengan budidaya di dataran menengah maupun tinggi, dengan kualitas tubuh buah berdaya adaptasi lebih baik, jamur telihat lebih segar, serta saat panen berbau lebih harum. Intensitas cahaya matahari diperlukan selama proses budidaya jamur tiram, khususnya saat pembentukan tubuh. Pada dasarnya penyinaran cahaya matahari tidak secara langsung dan menyebar merupakan cahaya yang baik bagi pertumbuhan jamur. Penyinaran cahaya matahari langsung bisa mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan miselium atau merusak tubuh buah yang sudah terbentuk. Derajat keasaman (pH) yang tepat memungkinkan jamur tumbuh optimal. Untuk budidaya ini membutuhkan kisaran pH 5-7. Lingkungan terlalu asam atau terlalu basa justru akan menghambat pertumbuhannya.
Selain faktor suhu, intensitas cahaya matahari, serta keasaman (pH), faktor lain seperti kelembaban dan oksigen sangat mempengaruhi keberhasilan budidaya jamur. Substrat harus tetap terjaga dalam kondisi lembab bahkan jangan sampai mengering karena akan berpengaruh terhadap hasil produksi. Kelembaban udara selama pertumbuhan bibit maupun pertumbuhan tubuh jamur tiram ideal adalah 90%. Salah satu cara untuk menjaga agar kelembaban tetap terjaga adalah melakukan penyiraman lantai ruangan budidaya menggunakan air bersih di saat pagi maupun sore hari, atau dengan cara penyemprotan air menggunakan tangki sprayer. Jamur merupakan tanaman saprofit semiaerob sehingga membutuhkan asupan oksigen dalam jumlah cukup untuk menopang pertumbuhannya. Jika oksigen tersedia dalam jumlah terbatas bisa menyebabkannya menjadi layu, akibat lebih lanjut akhirnya mati.
Suhu udara kondusif untuk menunjang pertumbuhan miselium maupun tubuh jamur tiram berkisar antara 23-28°C dengan suhu optimum 25°C. Meskipun demikian, dengan modifikasi komposisi media maupun penyesuaian lingkungan, saat sekarang telah banyak budidaya jamur tiram yang dikembangkan di dataran rendah dengan kisaran suhu di atas 28°C, di daerah ini tubuh jamur dapat tumbuh baik pada suhu 30°C. Bahkan hasil panennya pun tidak kalah dengan budidaya di dataran menengah maupun tinggi, dengan kualitas tubuh buah berdaya adaptasi lebih baik, jamur telihat lebih segar, serta saat panen berbau lebih harum. Intensitas cahaya matahari diperlukan selama proses budidaya jamur tiram, khususnya saat pembentukan tubuh. Pada dasarnya penyinaran cahaya matahari tidak secara langsung dan menyebar merupakan cahaya yang baik bagi pertumbuhan jamur. Penyinaran cahaya matahari langsung bisa mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan miselium atau merusak tubuh buah yang sudah terbentuk. Derajat keasaman (pH) yang tepat memungkinkan jamur tumbuh optimal. Untuk budidaya ini membutuhkan kisaran pH 5-7. Lingkungan terlalu asam atau terlalu basa justru akan menghambat pertumbuhannya.
Selain faktor suhu, intensitas cahaya matahari, serta keasaman (pH), faktor lain seperti kelembaban dan oksigen sangat mempengaruhi keberhasilan budidaya jamur. Substrat harus tetap terjaga dalam kondisi lembab bahkan jangan sampai mengering karena akan berpengaruh terhadap hasil produksi. Kelembaban udara selama pertumbuhan bibit maupun pertumbuhan tubuh jamur tiram ideal adalah 90%. Salah satu cara untuk menjaga agar kelembaban tetap terjaga adalah melakukan penyiraman lantai ruangan budidaya menggunakan air bersih di saat pagi maupun sore hari, atau dengan cara penyemprotan air menggunakan tangki sprayer. Jamur merupakan tanaman saprofit semiaerob sehingga membutuhkan asupan oksigen dalam jumlah cukup untuk menopang pertumbuhannya. Jika oksigen tersedia dalam jumlah terbatas bisa menyebabkannya menjadi layu, akibat lebih lanjut akhirnya mati.
Sarana Pendukung Budidaya Jamur
Tiram
Sarana pendukung dalam melakukan
usaha budidaya jamur berupa peralatan dan bahan untuk membantu selama proses
produksi, mulai dari penanaman hingga pascapanen. Peralatan atau bahan
pendukung tersebut antara lain plastik (PE 0,002) berukuran 20 cm x 30 cm,
cincin paralon, alkohol, pembakar bunsen, alat sterilisasi baglog berupa
drum/oven/autoclave, termometer, barometer, sprinkle
bernozle halus, fungisida (bila menggunakan plastik pengemas), serta vacuum
sealer.